Selasa, 07 Juni 2011

Estafet kondangan ke Madiun etape 4

jam Kumpul : 19.30
Jam Berangkat : 19.45
begitulah yang tertulis di 2 lembar tiket NS 19 yang akan membawa ke Jakarta.

jam 7 seperempat kami berlima (3 teman mengantar) sudah sampai di jalan Dr. Cipto, pool Nusantara. Setengah jam menunggu kok tidak nampak NS 19 yang kutebak berbodi Irizar warna biru. Sementara kompatriotnya sudah banyak yang meninggalkan pool sejak setengah 8 malam. jam 8 lebih 15 menitan, nampaklah dari kejauhan NS 19 yang akan kunaiki. aku kira bakalan duduk di 3 seat paling belakang, ternyata di 2 seat depan pintu belakang. 10 menit kemudian penumpang sudah memasuki bus, dan full seat.

mulai menyusuri Semarang, pedal gas diinjak tak terlalu dalam, tapi sudah cukup untuk mengatasi perlawanan Handoyo livery lawas, Raya, dan ketika nampak sesama NS bermesin 1525 dengan livery Manhattan View, gas mulai diinjak agak dalam, terjadi persaingan untuk duluan mencapai rumah makan. Berhasil diovertake bus yang kelihatannya jurusan Bandung (5 menit di depanku berangkatnya). Tak disangka dari belakang disodok oleh 2 Nusantara, yang tadi diovertake dan 1 lagi entah Nu3 jurusan mana. Aksi kejar2an ini hanya diikuti 3 peserta dari PO yang sama, namun 2 mesin berbeda, Mercy 1525 dan Scania. Sampai di rumah makan dalam waktu hampir bersamaan, tapi Irizar yang kutumpangi lebih dulu sampai ketimbang 2 Nu3 yang berkejaran. Tapi jaraknya hanya beberapa detik saja, tak sampai menitan..



115 ribu dapat makan, hanya selisih 5 ribu dari kompetitor2 lainnya dengan kelas yang sama. Menu makan pun tak jauh beda, sayur, ayam sepotong, tempe orek. setengah jam kemudian kami berangkat. Absen nomer 3 dari belakang dan kami mulai melanjutkan perjalanan.

Kurang tidur gara2 turing Jumat malam sampai Sabtu malam, plus nongkrong sampai jam 4 pagi membuat badan capek dan tak tahan kantuk. Ditambah seat yang di depan pintu belakang membuat mata tidak leluasa memandang ke depan. Tertidur lelap,,

bangun sewaktu bis hampir memasuki tol cirebon, tak ada suara raungan mesin. Wah jangan jangan ada masalah mesin nih. AC tetap dingin, Mesin juga hidup. Terlihat pintu driver dan kernet terbuka, sayup sayup kedengaran suara "Spione piye iki"
jangan jangan serempetan nih, tapi kok di depan ga ada kendaraan samasekali, mungkin di belakang bus. Mau turun kok males, akhirnya melanjutkan tidur ayam. Perjalanan tertunda setengah jam. Driver kok kelihatannya tidak ada niat untuk mengejar waktu yang terbuang tadi, bus berjalan cenderung santai, RPM tetap stabil. "nyandak gak yo tekan Jakarta gasik?" pikirku pesimis. Daripada mikir mending tidur aja,

Bus lewat dawuan untuk menghindari kemacetan di pangkal tol Cikampek, jam 6 pagi pas pergantian shift pegawai pabrik kali ya?

 


mengovertake Sumber Alam yang kesiangan, dan akhirnya terjebak macet panjang di dekat gerbang tol Bekasi.

TLB 1, TLB 2, TLB 3, TLB 4, klasifikasi keterlambatan yang dikompensasikan dengan potongan Tunjangan yang bisa bikin penghasilan berkurang. TLB 1 yaitu 07.31 sampai 07.59, kalo 2 dan 3 nya ga tau deh, yang pasti lewat jam 9 sudah TLB 4 dan potongan 2,5%. Kalau jaman dulu mah naik bis ga mikir, terlambat ya terlambat aja, absen pulang potongan cuma 1,25%, yang penting absen pulang aja. kalo ga terlambat ya absen pagi, lanjut tidur di kost, malam2 absen pulang. Kerja enggak, absen full (jangan ditiru yaaa)..

Memutuskan untuk turun di Cempaka Putih saja dan lanjut sampai kantor naik Transjakarta.



yang pasti jam 8 lebih kami mendarat di Cempaka Putih dan sampai di komplek kantor jam 9 lewat. Gapapalah, yang penting masih selamat sampai di tujuan.



SURAT PEMBERITAHUAN TERLAMBAT (TL) MASUK KANTOR KARENA ALASAN PENTING

Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa pada hari Kamis tanggal 10 Januari 2011, saya terlambat masuk kantor karena bus yang saya tumpangi menyerempet mobil dan berhenti lama sehingga berdebat untuk menghitung ganti rugi.
Demikian kiranya menjadi maklum


Beginilah isi surat ijin terpaksa dibuat. ngapusi sitik gapapalah, yang penting untuk perhitungan DP3 tidak berkurang, hehehe.


Terimakasih untuk Shantika K380, Shantika Patas AC, Mira ATB, Sumber Kencono ATB, Safari, Nusantara NS19.

kisah Dewi Sri tak terulang untuk kali ini..

Estafet kondangan ke Madiun etape 3

Berangkat tadi udah pake Mira, sekarang saatnya naik Sumber Kencono. Karena kecapekan plus hujan deras, tidur dulu 1 jam. Jam 3 kurang menuju Madiun Plaza nyari taksi yang nganter ke terminal. 10 ribu saja ongkosnya, murah meriah, jadi per orang hitungannya 2 ribu.

 

Pukul 3 lewat, SK di jalur keberangkatan Jokja datang, tapi seat depan penuh. Tiba2 dari belakang ada SK lagi datang
"Jokja, Jokja"
"Ayo belakangnya aja, sepi" kami berlima pun naik ke SK yang di belakang. seat kiri depan dan seat kanan baris ke 2. temanku ada yang takut naik SK, jadinya ga mau ambil depan..

Sk di depan sudah berangkat, kami menyusul 10 menitan kemudian

 

Meninggalkan Madiun dengan kecepatan sedang, biar ada jarak dengan SK depannya. Selama perjalanan cenderung sepi, hanya ada truk2 saja yang mendominasi ditambah mobil pribadi. Tidak ada kelihatan Mira, Eka. Melenggang sendiri sampai tertidur.. Di daerah Ngawi tiba2 ada SK Semarang ngeblong dari kanan, kecepatan ditambah. Gak lama kemudian ketemu SK yang tadi berangkat duluan. Konvoi bertiga dan selip selipan ketika mengambil atau menurunkan penumpang.


Sekitar Mantingan, bertemu dengan Rosin yang akan berangkat ke Barat, konvoi bertambah jadi 4 bus, SK Semarangan, SK Jokja, Rosin, SK yang kunaiki..

kernet menunjuk sebelah kiri jalan, ada bekas gosong di aspal dan rumput.
"iku gek wingi Mira kobongan nang kono mas" kata mas kernet (kemaren ada Mira terbakar di situ)
"knopo mas?"
"nabrak motor trus motore keseret njur kobong, bise melu kobong" jelasnya (nabrak motor terus terseret dan akhirnya terbakar, bisnya ikut terbakar)

 


Konvoi berlanjut sampai Sragen, dan akhirnya Rosin diovertake. Kemungkinan Rosin akan masuk ke agen dulu (CMIIW), karena terlihat menurunkan kecepatan
ada ALS yang sedang berhenti, mengarah ke Timur



Memasuki Solo Solo, hujan gerimis dan supporter Persis Solo. Entah menang atau tidak, yang pasti membuat jalan jadi macet. Bahkan sempat diteriaki oleh supporter yang menghadang bus yang kami tumpangi dan mengacungkan kayu ke arah kaca depan, gelagatnya mau memecahkan kaca depan SK yang kutumpangi.
"mandek wae, mengko ndak dibalang watu nek ra malah diobong" kata kernet (berhenti saja, nanti daripada dilempar batu kalo ga malah dibakar)..

Pukul tujuh kurang SK sampai di Solo dan lanjut bersama 4 temanku ke Jokja. Di jalur pemberangkatan ke Semarang tidak ada bis yang standby, terlihat Raya, Lorena dan Muncul yang bersiap berangkat ke Jakarta..

3 Safari terparkir berjajar tapi kok mesinnya belum hidup ya? ada kru Safari datang, "mas ke Semarang naik ini aja, jam 7 seperempat berangkat" Kondektur pun menghidupkan bis dan memarkirkan bis di koridor, aku kira driver ternyata bukan.. Meletakkan tas ke seat 1 (pojok kiri depan)



"mas, ke Semarang sampe jam brapa?"
"jam 10 an mas" kata kondektur.
wah suwe tenan yo, pikirku.


07.15 bis berangkat menyisakan sekitar 10 seat. dan seatku pun sukses digeser mbak mbak, jadinya aku duduk di seat 2. Mau marah marah kok males, mau nyuruh minggir trus tukeran tempat kok yo kasihan, yasudahlah mengalah saja. (untung wae sampeyan wedok, nek lanang takpisuh pisuhi tenan). Di pintu keluar mengambil penumpang 5 orang dan nyeser terus. Sampai di halte (ga tau nama tempatnya) banyak penumpang sudah menunggu.
"Terakhir, terakhir" teriak kernet
"terakhir dengkulmu mlocot, lha kancamu 2 kae ora arep mlaku po" tidak kuucapkan, tapi dibatin saja, hehe.. Penumpang pun penuh, ada yang berdiri, persis kayak bis kota di Jakarta..

Patas tapi kok beda sama Jokja - Semarangan maupun patas Eka, ga ada penumpang berdirinya, kalo bis penuh yaudah ga ngambil penumpang lagi. lanjut berjalan perlahan sambil kondektur menagih 20 ribu untuk Semarang dan 10 ribu untuk Boyolali, Salatiga dan sekitarnya. Di sebelah ada mbak2 berdiri, atas dasar kemanusiaan dan ketidaknyamanan, kupersilakan mbak2 nya duduk. Niatnya mau tidur, tapi tangan mbak2nya pegangan di sandaran kepala, jadinya ga bisa tidur. Aku duduk di lantai sebelah driver sambil menemani ngobrol.
"kebakmen montore pak, tak kiro ora ono sing ngadek" (penuh sekali bisnya pak, aku kira ga ada yang berdiri)
"lha Patas Solo Semarang iku yo jane podo Bumel, bedane mung kursine 2-2, karo ditempeli AC" (lha Patas Solo Semarang itu sama kayak bumel, bedanya hanya kursinya 2-2, sama ditempelin AC)..

Perjalanan santai dan tidak ada aksi kencang, tidak ada aksi blong2an karena bis lain tidak ada yang tampak.

Tak terasa sudah masuk Semarang, sebelum masuk tol aku turun dan lanjut ke rumah teman naik taksi..

Estafet kondangan ke Madiun etape 2

05.30 selesai mandi, nebeng teman yang akan pulang ke Jogja. Sampai Milo saja, jadi tak perlu helm (jangan ditiru ya). Ternyata tidak ada bus besar di sana, kalo jam 5 lebih tidak ada yang berani lewat sana, bisa kena semprit nanti. Kalo cuma semprit sih ga masalah, lha buntutnya tuh yang ga enak. Damai itu Indah, Indah itu 20.000. Begitulah tulisan mural di tembok Jakarta. terpaksa naik bis 3/4 dengan tarif 2000. turun di pertigaan (saya lupa namanya) tempat ngetem bus Jogja dan Solo. Tapi kok ga nampak SK Surabayaan di sana ya? Langsung berubah pikiran seketika, secepat Kotaro Minami berubah jadi Satria Baja Hitam, naik bis patas Solo aja..

Yang ada Safari di Grid depan, dan di belakangnya ada Shantika warna ungu. Bingung juga naik yang mana. Pengannya sih cepet sampai biar konsumsi kondangannya belum habis. Shantika sajalah, biasanya kalo 2 bis jaraknya rapat pasti bakal berkejaran.

yup, Shantika inilah yang kupilih sebagai pengantarku ke solo



"Solo, Solo Solo, meh mangkat mas." kata mbak2 pramugari berbaju hitam.

06.00 diberangkatkan dengan seat depan penuh, jadinya duduk sejajar pintu belakang aja. 15 penumpang yang diangkut, dan sepanjang jalan mengambil penumpang. Di seat belakang, mbak pramugari sedang mengajari mbak2 yang kelihatannya bakalan jadi calon pramugari.

"karcis2"
"brapa mbak?"
"20 ribu saja"
selembar kertas berwarna hijau berpindah tangan menjadi selembar kertas bergambar bus Shantika berwarna ungu.

 

Apakah Shantika berjoin dengan Yudha Express? biarlah yang berwenang saja yang menjawab. Saya hanya memfoto saja.


Driver masih muda dan gemar membejek gas, tapi menurut saya kurang halus akselerasinya. Kontrol sebentar di Bawen, lanjut lagi. kantuk tak bisa ditahan lagi, akhirnya tertidur. Lupa berapa menit tidur, udah masuk terminal Tingkir Salatiga, penumpang sudah 3/4 tapi belum ada yang duduk di sampingku. Di depan terlihat Safari yang sedang berkelit dari kejaran Shantika.

Kok perut rasanya aneh ya, antara kembung, lapar, dan rasanya sebah. Tiba tiba ingat kalo kemaren bawa bekal Pir China yang besar dan beratnya 400 gram. Wah lumayan buat sarapan sambil menyaksikan Safari berkejaran dengan Shantika seperti Tom and Jerry. Sebelum masuk terminal Boyolali, Safari di blong karena menurunkan penumpang. Ternyata sampai di Kartosuro dibalas kembali oleh Safari yang menusuk dari kanan pas lampu merah. setelah itu hanya bisa menguntit saja sampai Terminal Tirtonadi.



Kira2 2,5 jam untuk sampai di terminal ini. Bayar peron 200 rupiah dan buang air kecil gratis. Toilet bersih, terminal yang lumayan bersih menurutku.


Tahun 2005 aku menginjakkan kaki di terminal ini, saat akan mencoba mangambil kuliah di UNS, tapi tak jadi kuambil walaupun lulus SPMB. Aku lebih memilih almamater Gay*s saja, yang lebih sesuai dengan kantong orang tuaku yang pas pasan.. Dan sekarang aku menginjakkan kaki di sini dalam keadaan yang jauh berbeda. Tak terasa aku termenung 5 menit bersandar di pilar menghadap terminal keberangkatan bis Surabaya..


"Mira, Mira berangkat" suara kondektur membuyarkan lamunanku.
terlihat Mira ATB memotong jalan SK ATB yang juga mau berangkat. Langsung saja naik Mira, nanti pulangnya naik SK.

on board Mira ATB S 7187 US


Keluar terminal, bus dipacu maksimal mungkin karena dikuntit SK di belakangnya. melewati kota2 yang aku belum pernah lewat. Sragen, Madiun, Magetan hanya itu yang kuingat. Masuk terminal ada penjual arem2, dengan harga 1000 rupiah, lumayan buat mengganjal perut yang sejak pagi belum terisi makanan yang mengandung karbohidrat tinggi, tapi sayang, pas bus mengerem dadakan karena ada penumpang, arem2 yang sudah kubuka putus separo. ancen Wedhus, Lha dipangan ae durung malah wis tibo separo. Piye to Pir, ngerem kok ndadak banget, mbok yo kondho2 disik to.. di persinggahan berikutnya ada penjual arem2 lagi, kubeli lagi dan kali ini aku makan dengan sukses 1 arem2 minis bungkusnya. Ngantuk tak tertahan, tidur2 ayam saja aaah.



3 jam kurang sedikit sampai di Terminal Madiun, naik taksi ke hotel Pondok Indah. Teman2 sudah menungguku di sana, mereka naik kereta. Mereka sampai waktu aku masih di dalam kabin Shantika di daerah Boyolali. Langsung ganti baju batik, gosok gigi dan berangkat ke resepsi..



Selamat menempuh hidup baru kawan, semoga langgeng dan harmonis sampai tua nanti. Dan hanya ajal saja yang bisa memisahkan kalian..

Kamis, 27 Januari 2011

Estafet kondangan ke Madiun etape 1

Undangan, Kepada Yth. Bapak/Ibu/Saudara(i)

Andros D.S

Majelis XIV

begitulah tertulis namaku di undangan pernikahan teman sekantor beda majelis, tapi hanya dipisahkan sekat dari triplek. Pungki dan Euis, nama pasangan yang akan kuhadiri resepsinya pada tanggal 8 Januari 2011 di kota Madiun. 

Bis, satu satunya angkutan yang ada di benakku, tidak ada kata pesawat ataupun kereta.
Susun rencana dulu sebelum berangkat. kebetulan sekali ada teman dari SMP sampai kuliah, sampai kerja pun satu kompleks, bahkan sampai pulang kampung pun sering bareng. "pengen njajal bis sepure iku piro to tikete?" (mau mencoba bis kereta itu berapa sih tiketnya) tanyanya sambil menunjuk Shantika Big Top berwarna biru dan bermesin Hino RK8. "160 ribu, nanti dulu, kita masih magang". masih kuingat pembicaraan kami tahun 2009 saat Shantika Big Top menjadi bintang baru di terminal Rawamangun yang sebelumnya dibintangi Nusantara Scania Irizar versi Adiputro.

sekali lagi harus mengendap endap dari agen Muji Jaya, bis yang biasa kunaiki kalau pulang ke Magelang.
-lho ke Magelang kok naik bis Jepara, emang lewat?
-memang tidak saudara saudari handai taulan sekalian, kami turun di Terboyo saja, lalu lanjut pulang ke Magelang naik bumel.

-lha kok naik bis Jepara?
-sini saya jelaskan, sebagai aparatur negara yang diatur oleh absen, jam 17.00 adalah waktu yang ditetapkan untuk absen pulang, sedangkan bus ke Magelang paling telat 17.00 meninggalkan terminal Lebak Bulus (Ramayana E1, Santoso seri F, OBL Exe dan SE, kalau yang lain kurang tau), ataupun 16.00 dari Rawamangun (Ramayana E3 dan OBL Exe). Jadi kesimpulannya bis Magelang gak memungkinkan untuk pulang.


kembali ke topik awal. Karena tidak ada lagi Big Top, kuputuskan untuk mencoba Scania K380 milik Shantika ini.
“mas mau pulang kapan” wah kepergok juga sama agen MJ, tapi seketika ide muncul
“Madiun mas, mau kondangan” jawabku spontan
“itu mas naik Shantika”
wah, baik sekali agen2 ini mau memberitahu, padahal untuk rute Jakarta – Jepara, jelas jelas kedua PO ini adalah rival yang bersaing ketat untuk berebut kue penglajo dari Semarang dan daerah Muria Raya lainnya. Istilahnya S3 atau Setiap Sabtu Setor. Istilah dari bapak2 pelanggan MJ yang bekerja di BPPT kalo ga salah.
“lha yang disetor apa pak?”
“yo nek ra duit yo setor rai karo bojone” (ya kalo tidak duit ya setor wajah)

ada lagi istilah PJKA, Pulang Jumat Kembali Ahad. Istilah ini kudengan dari penglajo dari Kutoarjo yang pada saat itu berbincang denganku di kereta Sawunggalih.


“lae, Scorpion King brapa”
“140 ribu saja, turun mana lae?”
“Semarang aja, 2 seat yang 1, 2 ya lae”

2 seat aman karena bukan musim liburan, dan berharap dapat yang jok kulit sintetis..

Etape 1 Jakarta Semarang

7 Januari 2011
06.30 sudah mendarat di terminal Rawamangun, lihat lihat armada, ternyata bukan yang jok kulit. Gapapalah yang penting tetep lebar.
”wah mantep, toilete nang tengah yo?” kata temanku
“iyo, tapi cilik” (iya, tapi kecil)
beli air putih, bir, permen hepiden, cemilan buat menemani melek.


“berangkat lae” kata agen, tidak sesuai seperti yang dijanjikan yaitu setengah 7. Ya kalo setengah 7 berangkat saya pasti ketinggalan. 
Haryanto hijau sudah berangkat duluan, Nu 3 juga.
ada 4 armada Shanti di sini, 1 K380, 1 AMG (punya Admin 1 bismania.com ya?), ijo tosca RK-8, dan ungu. Tosca berangkat duluan kami menyusul. Air Sus terasa masih nyaman, dan mentul mentul. Suspensi ini memang nyaman, tapi menurut driver2 terasa limbung. Kalau pake per muntulnya ke atas bawah, kalo pake balon mentulnya kanan kiri dan menurut driver2 kurang enak, entahlah maksud ”enak” di sini apa.. Masuk tol Cikampek mulai terasa garangnya mesin yang konon paling besar tenaganya untuk bis. Akselerasi serasa mobil bensin, tarikan oke dan napas panjang. Mulai dari Sinar Jaya, Sumber Alam, Dedy Jaya, bis kota mulai jadi korban keganasan Shantika bermesin besar ini. 

Tapi tunggu dulu, kok tidak ada snack yang dibagikan ya? mungkin ini sebagai masukan pula untuk PO Shantika, semoga ke depannya menyediakan snack untuk pengganjal perut karena baru makan sekitar jam 9 malam. Kompetitor2nya (Jeparaan) sudah menyediakan snack untuk penumpangnya, mungkit terlihat sepele, tapi mungkin bisa untuk menarik penumpang apalagi ditambah kemasan yang menarik sekalian promosi.
Terlihat Haryanto hijau mengejar Nu3 Scania. Jalanan sudah mulai longgar, mesin pun berbicara. Haryanto mampu diovertake, tapi Nu3 terus berlari dan hingga berbelok di Dawuan tidak terkejar sementara kami lurus terus sampai gerbang paling ujung dari tol ini..

Dari Flyover terlihat Haryanto sudah lewat, apakah lebih cepat lewat Dawuan ya?
Tempel menempel terjadi, Raya dilewati (kok masih kelihatan ya? apakah armada terakhir dari Jakarta?). Lama kelamaan Haryanto menjauh, ditambah sepi bis2 lain, yang ada hanya bumel2 yang bisa dilewati ketika trek lurus kosong.

masuk rumah makan jam 10 lewat, Ijo Tosca menyusul 15 menit kemudian. Setengah jam makan, lanjut mengarungi Pantura. Kalo habis makan penyakit lamaku selalu kambuh, ngantuk pun mulai menyerang, tidur saja ah, toh tidak ada kawan tidak ada lawan. Jalanan rusak karena proyek perbaikan jalan yang kurang maksimal, lubang di mana-mana. Airsus memang mampu meredam getaran, tapi tidak mampu menahan bunyi ”gemlodak” yang riuh rendah di dalam kabin. alhasil tidur kurang maksimal. Sekitar jam 1 pagi, kernet yang tadinya tidur di belakang pindah ke kursinya semula ”Gemlodhake banter tenan, raiso turu aku” (gemlodhaknya keras sekali, tidak bisa tidur saya).

pukul 3 pagi di kendal terlihat Kramat Djati yang menurutku bermesin Hino sedang beradu kencang dengan bus Parwis, susah sekali mengejar bus yang berlambangkan 3 bulatan tersebut. Sampai persimpangan 2 jalur, jalur lama dan jalur baru alas roban, Kramat Djati berbelok ke kanan sementara Shanti lurus saja. 15 menit kemudian di tikungan2 alas roban, Shanti ijo tosca menyodok tanpa dosa melewati K380 ini. Bus yang kunaiki hanya bisa menguntit dan menyaksikan kelihaiannya melewati truk2 di depannya.. Masuk pos kontrol bersamaan, tapi Ijo Tosca berjalan duluan setelah penumpang2 menunaikan shalat. 04.30 pagi sampai di Kalibanteng, naik taksi ke rumah dinas teman.

Kamis, 20 Januari 2011

Ramayana Lovers

kalau mamakku ke Jakarta, pulangnya selalu naik seri F1 dari Lebak Bulus. Karena mamakku agak takut dengan kecepatan ala Santoso, jadinya naik Ramayana saja. Jadilah aku bergabung dengan Ramayana Lovers, padahal mamakku yang sering naik bis ini.

Sebuah kisah lagi yang membuatku bergabung dengan Ramayana Lovers. Pengumuman tes fisik untuk Spesialisasi Bea Cukai, saya diterima. Mamak dikerjai oleh pendeta gerejaku, bilang kalau aku gagal tes. saat itu Ibu Pendeta menelponku  dan menanyakan hasil test, aku bilang diterima. Kebetulan pula ada acara kebaktian, jadi di rumah Pendeta ramai dengan jemaat. Ibu pendeta memberikan HPnya pada mamak agar aku bisa bercakap2
"gapapa nak, besok dicoba lagi. Jangan kecewa ya nak" kata mamakku.
"lha aku diterima kok mak, piye to mamak iki." seketika itu pula meledaklah tawa orang2 yang saat itu berkumpul di sana..
17.00, dalam bus Ramayana seri E1, posisi saat itu akan masuk tol Cawang.

"sampai mana nak"
"Ambarawa mak?" ada apa mamak menelponku pagi2 jam 4an.
"oh yaudah, kamu naik apa?"
"Ramayana mak"

pukul 04.30 pagi, di depan Gereja GPIB tepat di samping Rumah sakit Budi Rahayu, mamakku sudah menunggu hampir 1 jam di pinggir jalan. Turun dari bus, disambut pelukan dan cium di pipiku
"Selamat ya nak"

jaman kuliah, jamannya berhemat

sewaktu sekolah atau lebih tepatnya kuliah di Jakarta, momen pulang kampung tiap 2 bulan sekali adalah hal yang ditunggu tunggu. Untuk mencapai Magelang, hanya bis saja yang kuandalkan, yang lain tidak. Kenapa?? coba kita analisis satu per satu.
 Kepraktisan :
- naik bis : naik angkot 09 sampai Lebak Bulus, trus naik bis (Santoso biasanya) turun di depan gereja Wates, Magelang
- naik kereta : naik angkot 05 sampai Pondok Ranji, lanjut KRL/KRD sampai Tanah Abang, lanjut kereta (Argo Bengawan atau Argo Progo, hehehe) turun Jogja/Purworejo, lanjut naik Bumel ke terminal Magelang, lanjut naik angkot. Ribet sekali bukan?
Itulah alasan saya memilih bis daripada kereta.

Biaya (dalam Rupiah lho):
- naik kereta : ada 2 opsi di sini. 1, naik kereta ekonomi dari Tanah Abang. Ongkos angkot 2.000, KRL 1.500 yang AC 5.000, Bengawan/Progo 28.000, bumel Sumber Alam dari Kutoarjo 10.000, angkot dari terminal ke Wates 2.000. Total 43.500 bila naik KRL ekonomi, 47.000 bila naik KRL AC. 2, naik Senja Utama dari Jatinegara. angkot sampai Ulujami 2000, Metromini 71 sampai Blok M 2.000. Blok M - Jatinegara 2.000. Jatinegara Jogja fleksibel, bila beruntung dengan 10.000 saja bisa sampai Jokja/Kutoarjo, bila apes bisa 30.000. Jogja/Kutoarjo naik Bumel kita pukul rata 10.000, angkot ke Wates 2.000. 29.000 ongkos minimal, 49.000 maksimal.
naik bis : ongkos angkot 4.000, bis bisnis RS 35.000, eksekutif 50.000, kadang 60.000. turun di Wates, tak perlu ngangkot. 39.000 untuk bisnis RS, 53.000 sampai 63.000 untuk eksekutif. Dengan range tak terlalu jauh, mendingan naik bis. soalnya kalo kereta ekonomi atau bisnis kurang nyaman menurutku.

Itulah alasanku memilih bis. Tapi pasti ada yang bertanya tanya, kok ongkos bisnya murah ya? emang tahun berapa? OK saya jelaskan, saya kuliah medio 2005 sampai 2008, tiket Santoso tidak berubah dalam jangka waktu 3 tahun, bisnis 65.000, bisnis AC 85.000-90.000, eksekutif 115.000. Lha kok bukan 50.000? saya sekolah dengan biaya orang tua yang pas2an, adik saya juga SMA dan lanjut kuliah, dan uang saku saya tiap bulan 600.000 sampai 800.000 tergantung buku2 dan materi perkuliahan. ditambah kos2an 3 juta per tahun, saya tidak mau membebani lagi dengan ongkos pulang kampung yang harganya bisa sama dengan 3 hari makan. Terpaksa "Sarkawi". Santoso, Ramayana E1 (55.000, murah kan?), Senja Furnindo (entah mengapa bis Magelangan sudah tak ada yang tampak, Muncul (sampai saat ini merupakan bis paling nyaman yang saya naiki, kalau Raya belum pernah naik, tapi sepertinya nyaman sekali), Nusantara (sayangnya dapat 1521, bukan yang Scania), pernah membawaku dari Lebak Bulus ke Magelang (SF sampai Terboyo, Muncul sampai Bawen). Tapi 1 yang sampai saat ini saya masih kagum, kalau saya pulang, pasti tiket untuk ke Jakarta pasti ada, mamak tidak mengijinkanku untuk sarkawi (tapi pernah sekali pada waktu Lebaran 2008) dari Magelang ke Jakarta, soalnya tujuannya berbeda beda, ada Pulogadung, Kp. Rambutan, Lebak Bulus, dll. Santoso seri M (bodi baru pada tahun 2005), bisnis AC (2x naik, lupa serinya), seri F, G, E eksekutif bila mamak sedang baik hati. Bahkan kalo lagi baik banget, OBL eksekutif pun dibelikan.

Kamis, 13 Januari 2011

bis dan bis

"udah dari jaman kamu masi bayi udah mamak bawa ke sumatra" kata mamakku
"naik apa mak ke sana?"
"ya naik bis lah, naik ALS"
mungkin itulah bis yang pertama kali kunaiki di sepanjang perjalanan hidupku. PT Antar Lintas Sumatera.

Magelang adalah kota kelahiranku, di pinggir jalan lintas propinsi rumah sakit Budi Rahayu hingga kini masih berdiri dan sekarang tambah lebih bagus. Persis di sebelahnya ada Gereja GPIB yang dipakai bergantian oleh gereja Wesleyan, di situlah aku tiap minggu beribadah. Kebetulan pula ada teman yang lahir pada tanggal 9 Mei 1986 di rumah sakit yang sama dan kita gereja pula dan sama sama jadi pengiring musik di gereja..

Di jalan itu pula lewat bis Jogja - Jakarta via Semarang, Kendal dan jalur Pantura. Tak ketinggalan bis dari Solo, Wonogiri dan kota kota lain yang melewati Jogjakarta dan Semarang yang berakhir di Jakarta.Pernah pula bis dari Sumatra seperti PMTOH, ALS yang kulihat melewati jalan ini. Kalau boleh kusimpulkan secara narsis, Magelang itu ibarat Singapura dalam dunia perbisan, hanya menjadi jalur persinggahan yang straregis.

Karena ada saudara yang tinggal di Jakarta, kami sering jalan jalan ketika ada libur panjang. masih kuingat nama nama bis yang pernah kunaiki
 -Santoso, sampai sekarang masih eksis dan masih menjadi tunggangan utamaku untuk mengadu nasib di Jakarta.


-Ramayana, bus yang diidolakan mamakku tercinta karena jalannya relatif santai karena mamakku agak takut dengan kecepatan.


-Safari Dharma Raya, adikku biasanya naik OBL karena nyaman, tapi paling mahal harganya (plus makan gitu loh, sama dengan Ramayana E series). Dulu juga jadi idolaku jaman kuliah karena nyaman, santai, tak pernah ekekutif mesin intercooler yang sampai sekarang jadi andalan Lebak Bulus itu sampai di Jakarta kurang dari jam 5 pagi. Tapi kucoret dari daftar karena mengejar absen pukul 07.30 tidak bisa ditawar tawar lagi
-Putra Remaja, dulu ada trayek Jogja Jakarta, yang sekarang buka trayeknya minimal Lampung, ga bisa (mau) turun Jakarta. Rekor yang pernah diciptakan yaitu Merak Magelang 15.00-01.30, bapakku yang menjadi saksi hidupnya. Bus inilah yang jadi idola bapakku.

4 bis yang berbeda yang jadi idola 4 anggota keluargaku..

-Handoyo, tidak sampai 5 kali kunaiki karena seat 2-3 nya kurasa tidak nyaman, tapi untuk seat 2-2 nya akan kucoba tanggal 23 Januari 2011, Evobus bermesin RK 8 yang pernah merepotkan Scania Irizar dan Muji Jaya yang dibawa Mas David, dan menghempaskan perlawanan Santoso seri F, G, dan E yang kunaiki (1518 vs RK 8)
- Putra Gunung Kidul, sekarang sudah tak tahu gimana kabarnya,
- Dwi Martha, sekarang sudah tak tahu gimana kabarnya,
- Joko Kendil, sempat buka Eksekutif, smoking room tapi tak bertahan lama, bumelnya juga tak pernah kelihatan
- Timbul Jaya, bis Wonogiri yang dulu lewat Magelang tapi sekarang tidak pernah lagi,
- Benteng Jaya, yang sekarang jadi bus karyawan, dulu sering naik ini.
- Bogor Jaya, yang saat kunaiki bisnya pake punya Lippo Karawaci, rekor pribadiku yang sulit dipecahkan, berangkat dari Pulogadung 22.30 sampai Magelang 08.30 (it was flying!!!)
- Tunggal Dara, bus berwarna merah darah ini kunaiki dari Jakarta ke Magelang, kelas eksekutif, tapi sekarang kok ga pernah lewat lagi ya?
-Tri Mulia, sapujagad yang mengantarku sampai Bawen saja
-ALS yang membawaku sampai Rantau Prapat, Porsea, Aek Nabara Sumatra Utara,
-Satu Nusa, bus Aceh yang kunaiki dari Aek Nabara sampai Merak, hanya diovertake 2 Lorena di Lampung, yang saat itu sangat terkenal dengan kecepatannya. Bisku Exe dan banyak dempul di sekujur bodi "dari semua Satu Nusa, ini yang paling lari" terbukti bisa overtake ALS, ANS, Makmur, Pacitan Jaya Abadi, dan lainnya
 -Opranto, 7 jam dari Aek Nabara - Porsea dengan bis yang sebenarnya adalah truk yang dimodifikasi
  seingatku, itulah yang pernah aku naikin sampai lulus SMA