"udah dari jaman kamu masi bayi udah mamak bawa ke sumatra" kata mamakku
"naik apa mak ke sana?"
"ya naik bis lah, naik ALS"
mungkin itulah bis yang pertama kali kunaiki di sepanjang perjalanan hidupku. PT Antar Lintas Sumatera.
Magelang adalah kota kelahiranku, di pinggir jalan lintas propinsi rumah sakit Budi Rahayu hingga kini masih berdiri dan sekarang tambah lebih bagus. Persis di sebelahnya ada Gereja GPIB yang dipakai bergantian oleh gereja Wesleyan, di situlah aku tiap minggu beribadah. Kebetulan pula ada teman yang lahir pada tanggal 9 Mei 1986 di rumah sakit yang sama dan kita gereja pula dan sama sama jadi pengiring musik di gereja..
Di jalan itu pula lewat bis Jogja - Jakarta via Semarang, Kendal dan jalur Pantura. Tak ketinggalan bis dari Solo, Wonogiri dan kota kota lain yang melewati Jogjakarta dan Semarang yang berakhir di Jakarta.Pernah pula bis dari Sumatra seperti PMTOH, ALS yang kulihat melewati jalan ini. Kalau boleh kusimpulkan secara narsis, Magelang itu ibarat Singapura dalam dunia perbisan, hanya menjadi jalur persinggahan yang straregis.
Karena ada saudara yang tinggal di Jakarta, kami sering jalan jalan ketika ada libur panjang. masih kuingat nama nama bis yang pernah kunaiki
-Santoso, sampai sekarang masih eksis dan masih menjadi tunggangan utamaku untuk mengadu nasib di Jakarta.
-Ramayana, bus yang diidolakan mamakku tercinta karena jalannya relatif santai karena mamakku agak takut dengan kecepatan.
-Safari Dharma Raya, adikku biasanya naik OBL karena nyaman, tapi paling mahal harganya (plus makan gitu loh, sama dengan Ramayana E series). Dulu juga jadi idolaku jaman kuliah karena nyaman, santai, tak pernah ekekutif mesin intercooler yang sampai sekarang jadi andalan Lebak Bulus itu sampai di Jakarta kurang dari jam 5 pagi. Tapi kucoret dari daftar karena mengejar absen pukul 07.30 tidak bisa ditawar tawar lagi
-Putra Remaja, dulu ada trayek Jogja Jakarta, yang sekarang buka trayeknya minimal Lampung, ga bisa (mau) turun Jakarta. Rekor yang pernah diciptakan yaitu Merak Magelang 15.00-01.30, bapakku yang menjadi saksi hidupnya. Bus inilah yang jadi idola bapakku.
4 bis yang berbeda yang jadi idola 4 anggota keluargaku..
-Handoyo, tidak sampai 5 kali kunaiki karena seat 2-3 nya kurasa tidak nyaman, tapi untuk seat 2-2 nya akan kucoba tanggal 23 Januari 2011, Evobus bermesin RK 8 yang pernah merepotkan Scania Irizar dan Muji Jaya yang dibawa Mas David, dan menghempaskan perlawanan Santoso seri F, G, dan E yang kunaiki (1518 vs RK 8)
- Putra Gunung Kidul, sekarang sudah tak tahu gimana kabarnya,
- Dwi Martha, sekarang sudah tak tahu gimana kabarnya,
- Joko Kendil, sempat buka Eksekutif, smoking room tapi tak bertahan lama, bumelnya juga tak pernah kelihatan
- Timbul Jaya, bis Wonogiri yang dulu lewat Magelang tapi sekarang tidak pernah lagi,
- Benteng Jaya, yang sekarang jadi bus karyawan, dulu sering naik ini.
- Bogor Jaya, yang saat kunaiki bisnya pake punya Lippo Karawaci, rekor pribadiku yang sulit dipecahkan, berangkat dari Pulogadung 22.30 sampai Magelang 08.30 (it was flying!!!)
- Tunggal Dara, bus berwarna merah darah ini kunaiki dari Jakarta ke Magelang, kelas eksekutif, tapi sekarang kok ga pernah lewat lagi ya?
-Tri Mulia, sapujagad yang mengantarku sampai Bawen saja
-ALS yang membawaku sampai Rantau Prapat, Porsea, Aek Nabara Sumatra Utara,
-Satu Nusa, bus Aceh yang kunaiki dari Aek Nabara sampai Merak, hanya diovertake 2 Lorena di Lampung, yang saat itu sangat terkenal dengan kecepatannya. Bisku Exe dan banyak dempul di sekujur bodi "dari semua Satu Nusa, ini yang paling lari" terbukti bisa overtake ALS, ANS, Makmur, Pacitan Jaya Abadi, dan lainnya
-Opranto, 7 jam dari Aek Nabara - Porsea dengan bis yang sebenarnya adalah truk yang dimodifikasi
seingatku, itulah yang pernah aku naikin sampai lulus SMA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar